Assalamu'alaikum... Selamat malam... Entah knpa semangat buat belajar nge-blog muncul lagi. Biar blog gue ramai juga kaya punya orang2 ^^. Sebenarnya belum ada inspirasi menulis apa-apa. Tapi hari ini habis bongkar2 laptop eh nemu bahan hasil tugas waktu kuliah S1 dulu. Tugasnya adalah mencari profil tentang obat tertentu, dan saya kebagian obat yang namanya "6-Merkaptopurin". Dari kutipmengutip dari berbagai buku inilah hasilnya. Sayang kalo disimpen gitu az, jadi mending dishare disni kali yak...
OBAT ANTI KANKER ATAU SITOSTATIKA
“6-MERKAPTOPURIN”
6-Merkaptopurin merupakan obat kanker atau sitostatika golongan
antimetabolit kelompok antagonis purin atau analog purin.
Antimetabolit sendiri adalah persenyawaan yang mempunyai struktur hampir sama dengan substrat suatu enzim, sehingga antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut. Kompleks enzim-antimetabolit itu menyebabkan enzim tidak menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker adalah antimetabolit yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian sel itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel itu akhirnya mati (Rasad, 2009).
Antimetabolit sendiri adalah persenyawaan yang mempunyai struktur hampir sama dengan substrat suatu enzim, sehingga antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut. Kompleks enzim-antimetabolit itu menyebabkan enzim tidak menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker adalah antimetabolit yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian sel itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel itu akhirnya mati (Rasad, 2009).
Tempat kerja 6-Merkaptopurin
a.
Pembentukan nukleutida :
Untuk memberikan efek antileukemi,
6-merkaptopurin harus masuk sel target dan diubah menjadi nukleutida yang
sesuai, 6-merkaptopurin ribose fosfat (6-MPRP yang lebih dikenal sebagai asam
6-tioinosinat, atau tio-IMP, (Gambar). Penambahan ribosa fosfat dikatalisis
oleh enzim hipoxantin-guanin fosforibosil transferase (HGPRT) (Mycek et al,
1995).
b.
Penghambatan sintesis purin :
Meskipun cara tahapan sitotoksik yang
sebenarnya belum diketahui, nukleutid yang tidak biasa, thio-IMP, seperti AMP,
dapat menghambat kembali langkah pertama biosintesis cincin purin dan
pembentukan AMP dan asam santinilat (XMP) dari asam inosinat (IMP) (Mycek et
al, 1995).
c.
Masuk asam nukleat :
Akibat masuknya analog guanilat hasil nukleutid palsu akan menghasilkan
RNA dan DNA yang cacat. Tio-IMP dihidrogenasi menjadi tio-GMP yang setelah
fosforilasi menjadi di- dan tri-fosfat akan masuk pula ke RNA. Analog
deoksiribonukleutida yang juga terbentuk akan dimasukkan ke dalam DNA (Mycek et
al, 1995).
Penggunaan
untuk terapi
6-MP digunakan terutama untuk mempertahankan remisi pada leukemia
limfoblastik akut (ALL).
Kelas Terapi
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat untuk terapi paliatif
Farmakokinetik
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat untuk terapi paliatif
Farmakokinetik
a.
Pemberian obat dan metabolisme :
Absorbsi per oral tidak teratur. Obat
disebarkan secara luas di seluruh tubuh kecuali dalam cairan serebrospinal.
6-MP mengalami metabolisme dalam hati menjadi derivat 6-metilmerkaptourin (S-CH3)
atau asam tiourat. Reaksi terakhir dikatalisasi oleh xantin oksidase. Karena
alupurinol, suatu inhibitor xantin oksidase, sering diberikan pada pasien
kanker yang mendapat kemoterapi untuk mengurangi hiperurisemia, penting untuk
mengurangi dosis 6-MP pada orang tersebut untuk mencegah penumpukan obat dan
eksaserbasi toksisitas (Mycek et al,
1995).
Resorpsinya dari usus kurang lebih 50% dengan BA 5-37%. Di dalam sel
merkaptopurin diubah menjadi dua metabolit aktif, yang dalam hati sebagian
diuraikan oleh enzim ksantinoksidase menjadi thiourat inaktif.
Penguraian ini diperlambat oleh perintang-perintang enzim obat encok alupurinol
dan dengan demikian kerjanya diperpanjang (Tjay & Kirana, 2002). Setelah
pemberian oral, merkaptopurin mengalami absorbsi yang tidak lengkap. Obat ini
mengalami metabolisme lintas awal (first-pass metabolism) oleh xantin
oksidasi di hati. Bioavailabilitas
oral bervariasi dari 50-100 % dan menurun bila diberi bersama makanan. Bioavailabilitas
meningkat bila diberikan dalam kombinasi dengan metotreksat. Masa paruhnya kurang lebih 90 menit.
Monitoring darah juga perlu dilakukan (Ganiswarna, 2007).
b.
Ekskresi
: Obat asli dan metabolitnya dikeluarkan oleh ginjal.
Efek samping
Efek samping yang sering timbul adalah
1. Depresi
sumsum tulang (leukopenia, trombocytopenia) terutama hebat pada dosis di
atas 25-30 mg yang timbul perlahan-lahan. merupakan intoksikasi utama.
2. Merusak
hati (ikterus) atau hepatotoksisitas
3. Kerusakan
mukosa mulut (stomatitis) dan saluran pencernaan, tetapi jarang rasa lelah,
rontok rambut dan demam.
4. Anemia,
granulositopenia dan trombositopenia terjadi setelah beberapa minggu.
5. Anoreksia,
mual, dan muntah terjadi pada 25%, tapi diare dan stomatitis jarang terjadi.
6. Ikterus dan peningkatan enzim hati terjadi pada sepertiga pasien yang mendapat 6-MP, dan umumnya pulih setelah penghentian obat (Ganiswarna, 2007).
6. Ikterus dan peningkatan enzim hati terjadi pada sepertiga pasien yang mendapat 6-MP, dan umumnya pulih setelah penghentian obat (Ganiswarna, 2007).
Dosis :
Anak ; *Induksi : 2.5-5 mg/kg/hari atau 70-100 mg/m2/hari, 1x/hari, tingkatkan 5mg/kg hingga terjadi remisi; *Pemeliharaan : 1.5-2/5 mg/kg/hari atau 50-75 mg/m2/hari, 1x/hari;
Dewasa; • Induksi: 2.5-5 mg/kg/hari (100-200 mg); • Pemeliharaan: 1.5-2.5 mg/kg/hari atau 80-100 mg/m2/hari, 1x/hari Modifikasi dosis jika digunakan bersamaan dengan alupurinol: kurangi dosis merkaptopurin menjadi 1/4-1/3 dari dosis biasanya. Orang lanjut usia: dengan fungsi ginjal menurun akibat usia, mulai dosis merkaptopurin dewasa dari yang terendah. Pada LLA, merkaptorpurin yang diberikan pada malam hari mungkin dapat menurunkan risiko relaps.; Modifikasi dosis pada gangguan hati atau ginjal: dosis harus dikurangi untuk mencegah akumulasi, namun belum ada guidelines yang spesifik.1-445 mg/kg/hari, dapat dimodifikasi dalam rentang 18-100 mg/kg/hari.
Anak ; *Induksi : 2.5-5 mg/kg/hari atau 70-100 mg/m2/hari, 1x/hari, tingkatkan 5mg/kg hingga terjadi remisi; *Pemeliharaan : 1.5-2/5 mg/kg/hari atau 50-75 mg/m2/hari, 1x/hari;
Dewasa; • Induksi: 2.5-5 mg/kg/hari (100-200 mg); • Pemeliharaan: 1.5-2.5 mg/kg/hari atau 80-100 mg/m2/hari, 1x/hari Modifikasi dosis jika digunakan bersamaan dengan alupurinol: kurangi dosis merkaptopurin menjadi 1/4-1/3 dari dosis biasanya. Orang lanjut usia: dengan fungsi ginjal menurun akibat usia, mulai dosis merkaptopurin dewasa dari yang terendah. Pada LLA, merkaptorpurin yang diberikan pada malam hari mungkin dapat menurunkan risiko relaps.; Modifikasi dosis pada gangguan hati atau ginjal: dosis harus dikurangi untuk mencegah akumulasi, namun belum ada guidelines yang spesifik.1-445 mg/kg/hari, dapat dimodifikasi dalam rentang 18-100 mg/kg/hari.
Stabilitas Penyimpanan
Tablet : dalam kemasan tertutup rapat 1-25oC
Sumber :
Ganiswarna. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Mycek,
M. J., Richard A.H. & Pamela C. C.
1995. Farmakologi Ulasan Berganbar Edisi 2. Alih bahasa : Azwar Agoes.
Penerbit Widya Medika. Jakarta .
Tjay, T.H. & Kirana R. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar